Cari Blog Ini

SWADES : Film Aksi sosial

 SWADES : Film Aksi sosial
Film Swades adalah salah satu film karya Ashutosh Gowariker yang dirilis pada tahun 2004. Dari film ini mengkisahkan perjalanan Mohan seorang pria dari India yang bekerja di NASA Amerika Serikat. Namun pada suatu ketika Mohan teringat dengan kedua orang tuanya yang telah meninggal. Seketika itu juga Mohan merindukan Kaveriama seorang pembantu yang telah merawatnya sejak kecil. Karena ia telah mengangapnya sebagai orang tua kedua baginya. Sampai pada akhirnya Mohan memutuskan untuk mencari Kaveriama di Charanpur  salah satu desa terpencil di India. Sesampai di India Mohan turut berbaur bersama masyarakat disana. Ia turut mengikuti kegiatan hingga melihat diskusi terkait permasalahan yang ada disana bersama warga. Setelah hampir dua minggu, Mohan pun mengetahui dan memahami permasalahan yang ada disna. Permasalahan tersebut diantaranya masalah administrasi, kasta,  pendidikan, hingga infrastruktur. Setelah memahami permasalahan yang ada disana, Mohan tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat menyelesaikan permasalahan tersebut. Diakhir cerita Mohan rela meninggalkan pekerjaannya di Amerika setelah proyeknya selesai untuk kembali ke India untuk menyelesaikan permasalahan disana.
PAR (Participatory Action Reserch) merupakan salah satu metode Riset kritis yang berjalan dari adanya sebuah permasalahan. Untuk memberdayakan masyarakat dan mampu mendampinginya serta meyakinkan kepada masyarakat bahwa permasalahan tersebut mampu mereka selesaikan. Dari film Swades tersebut menampilkan sebuah cara riset kritis itu bekerja. Riset kritis merupakan riset yang berangkat dari masalah. Namun sebelum menyelesaikan masalah tersebut maka seorang peneliti (kaum intelektual/ seorang berpendidikan) harus mampu mengetahui dan memahami dengan jelas permasalahan tersebut dari hulu hingga hilir. Yakni dengan cara menyatu bersama masyaraakt, hidup bersama mereka, serta bertukar pikiran dan mempelajari berbagai pendapat mereka. Dalam film ini hal tersebut dilakukan oleh Mohan ketika berada di Charanpur. Meskipun dalam film tersebut Mohan tidak berencana untuk melakukan penelitian. Namun, dari film tersebut posisi Mohan adalah sebagai kaum intelektual yang datang disebuah desa kecil di India yang cukup termarginalkan. Meski tujuan Mohan pergi ke desa tersebut adalah untuk bertemu dengan Kaveriama pembantunya. Disana mohan juga turut berbaur bersama masyarakat sekitar. Ia mengikuti apapun kegiatan disana. 
Dari kegiatan kegiatan yang diikuti dan dijalani oleh Mohan ia melihat dan memahami realitas yang tengah terjadi di Desa tersebut. Disaat Mohan datang di sekolah yang ada di desa tersebut. Ia melihat bahwa sekolah tersebut akan ditutup karena jumlah murid yang sangat sedikit. Bahkan anak-anak disana hanya melanjutkan pendidikan mereka  sampai kelas empat saja. Dihari berikutnya disaat Mohan nonton bersama sebuah film bersama masyarakat setempat disana ia melihat ada pembedaan kasta. Dimana kasta yang terendah menonton film di belakang layar dan kasta tertinggi sebaliknya. Tak hanya itu disaat Mohan ditugasi oleh Kaveriama untuk menagih hutang atas peminjaman tanah pertanian. Sesampai disana ia bertemu seorang petani peminjam tanah tersebut, namun ia tidak bisa membayarnya. Kondisi rumahnya terbuat dari bamboo dan tidak ada aliran listrik. petani tersebut bercerita kepada Mohan, bahwa dahulu ia adalah penenun. Namun, semenjak mesin tenun datang di Desa tersebut ia tidak boleh menenun dengan pemuka adat. Ia pun menyewa lahan dan beralih menjad petani tanpa ada keahlian bertani pada dirinya. Mohan pun tersentak hatinya dan tidak tega melihat hal tersebut.
Kompleksnya permasaahan yang ada disana, Mohan pun berfikir atas ketidakadilan yang terjadi di Desa tersebut. Selain membantu Gita anak dari Kaveriama, dengan berkeliling desa untuk mengajak anak-anak dan mengajak para orang tua untuk memperhatikan pendidikan anaknya, sehingga nantinya anak-anak mereka tidak senasib dengan orang tuanya. Hingga suatu ketika ia berdiskusi bersama beberapa tokoh setempat untuk bersama-sama menyelesaikan permasalahan utama di desa tersebut. Atas hasil diskusi bersama warga pada akhirnya ia dan warga merencanakan untuk membuat listrik dengan tenaga generato. Mohan pun meminta untuk mengumpulkan masyarakat untuk bersama-sama melakukannya. Masyarakatpun berkumpul dan saling bergotong royong. 
Konsep pembangkit listrik tenaga air sudah tekonsep, masyarakat pun bergotog toyong untuk merealisasikannya. Dengan mencurahkan segala pikiran dan tenaganya Mohan pun turut melakukannya. Hingga pada akhirnya Listrik menyala dan mengaliri desa tersebut. bahkan salah satu masyarakt pun mengatakan “Ternyata kami sendiri ini mampu melakukan dan menyelesaikan semua ini”. Ungkap salah satu tokoh masyarakat setempat. Sehingga jika salah satu masyarakat ada yang mengatakan hal tersebut maka bisa dikatakan seorang pemimpin mampu memimpin dengan baik dan itu merupakan keberhasilan dalam penelitian partisipatif ini. Dalam hal ini seorang fasilitator bisa dikatakan mampu dan berhasil mendampingi untuk meyakinkan masyarakat atas perencanaan sebuah program. Sehingga dari hal tersebut masyarakat akan mampu menjaga keberlanjutannya. Karena mereka merasa ada kepemilikan mereka didalamnya.
Dari awal apa yang dilakukan Mohan hingga akhirnya ia mampu mendampingi dan merubah pemikiran masyarakat untuk menyelesaikan satu persatu masalah yang ada disana. Hal tersebut merupakan sikus penelitian kritis. Karena siklus penelitian kritis bermula dari melihat atau mengetahui, memahami, merncanakan, bertindak, hingga mampu menyelesaikan permasalahan. Serta kembali lagi memahami permasalahan yang muncul berikutnya, begitu seterusnya. Karena dikehidupan sosial yang ada di muka bumi ini tentu tak luput dari sebuah permasalahan. Sebagai kaum intelektual dengan berbekal pendidikan, seharusnya tidak hanya memahami keresahan masyarakat yang terjadi di lapangan saja. Oleh karena itu perlu turut merasakan atas apa yang dirasakan masyarakat. Sehingga dari situ akan memunculkan solusi yang tepat dan mampu berpihak kepada masyarakat. Dari situlah tujuan penelitian PAR dilakukan untuk melakukan pembelaan dan meluruskan permasalahan serta menemukan solusi tepat yang mampu berpihak kepada masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SWADES : Film Aksi sosial